Senin, 15 Maret 2010

PENYERBUKAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA







Penyerbukan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Penyerbukan merupakan:
- pengangkutan serbuk sari (pollen) dari kepala sari (anthera) ke putik (pistillum)
- peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) di atas kepala putik (stigma)

a. Penyerbukan di Alam

Pola variasi genetik di alam sangat ditentukan oleh mekanisme penyerbukan pada tanaman (Bawa dan Hadley, 1990; Griffin dan Sedgley, 1989). Dalam hal ini, adalah sangat penting untuk memahami fungsi tanaman sebagai bagian dari populasi – terutama dalam konteks spesies yang biotically pollinated – sebagai suatu sistem ekologis yang lebih kompleks.
Maksud dari manajemen polinasi/penyerbukan (pollination management) adalah untuk memastikan bahwa transfer tepung sari dari genotip yang dibutuhkan telah mencukupi untuk dapat memproduksi biji dalam kualitas dan kuantitas yang optimal.
Macam penyerbukan di alam
1. Penyerbukan tertutup (kleistogami)
Terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama. Dapat ddisebabkan oleh :
· Putik dan serbuk sari masak sebelum terjadinya anthesis (bunga mekar)
· Konstruksi bunga menghalangi terjadinya penyerbukan silang (dari luar), misalnya pada bunga dengan kelopak besar dan menutup. Contoh : familia Papilionaceae
2. Penyerbukan terbuka (kasmogami)
Terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat terjadi jika putik dan serbuk sari masak setelah terjadinya anthesis (bunga mekar)
Beberapa tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi :
a. Autogamie: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama
b. Geitonogamie: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yg berbeda, dalam pohon yg sama
c. Allogamie (Silang): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg sejenis
d. Xenogamie (asing): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg tidak sejenis
Beberapa tipe bunga yang memungkinkan terjadinya penyerbukan terbuka :
a. Dikogami
Putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak bersamaan.
· Protandri : benang sari lebih dahulu masak daripada putik
· Protogini : putik lebih dahulu masak daripada benang sari
b. Herkogami
Bunga yang berbentuk sedemikian rupa hingga penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi. Misal Panili yang memiliki kepala putik yang tertutup selaput (rostellum).
c. Heterostili
Bunga memiliki tangkai putik (stylus) dan tangkai sari (filamentum) yg tidak sama panjangnya
· tangkai putik pendek (microstylus) dan tangkai sari panjang
· tangkai putik panjang (macrostylus) dan tangkai sari pendek
d. Tipe bunga yang penyerbukannya membutuhkan bantuan agen pembantu penyerbukan (pollinator); meliputi:
§ Anemofili (bunga yang penyerbukannya dibantu oleh angin)
§ Entomofili (bunga yang penyerbukannya dibantu oleh serangga)
§ Ornitofili (bunga yang penyerbukannya dibantu oleh burung)
§ Kiropterofili (bunga yang penyerbukannya dibantu oleh kelelawar)
Agen pembantu penyerbukan di alam
Proses penyerbukan biasanya membutuhkan bantuan agen atau vektor untuk menjamin terjadinya transfer (perpindahan) tepung sari menuju ke kepala putik. Dari jenisnya, agen tersebut dapat dibedakan menjadi :
· Agen Biotik
Penyerbukan dengan bantuan agen biotik biasanya terjadi di daerah tropis. Contoh agen biotik : serangga, kelelawar, burung
· Agen Abiotik
Penyerbukan dengan bantuan agen abiotik biasa terjadi di daerah temperate. Contoh agen abiotik : angin, air
Pada penyerbukan biotik, proses penyerbukan merupakan resultan dari serangkaian interaksi yang telah terbentuk antara tanaman berbunga dan pollinatornya, yang dikondisikan oleh lingkungan menjelang dan selama anthesis. Dengan demikian, keberhasilan penyerbukan mensyaratkan adanya kemampuan dari pollinator untuk membangun sejumlah interaksi dengan tanaman berbunga yang dapat mengakibatkan terjadinya transfer tepung sari.
Menurut Ghazoul (1997), pengunjung bunga (flower visitor) dapat diduga sebagai agen pembantu penyerbukan (pollinator) jika organisme tersebut dapat memastikan terjadinya transfer tepung sari pada kepala putik. Sehubungan dengan itu, Griffin dan Sedgley (1989) mengajukan sejumlah kriteria pollinator efektif yaitu :
§ mengadakan kunjungan yang tetap pada bunga saat tepung sari masak dan putik reseptif,
§ melakukan aktivitas pada kisaran kondisi cuaca/iklim yang sama dengan saat terjadinya musim bunga,
§ mengunjungi banyak bunga pada banyak pohon dalam satu populasi,
§ membawa muatan tepung sari yang mencukupi,
§ membuat kontak yang kontinu dengan kepala putik, dengan cara yang dapat mengakibatkan terjadinya penyerbukan,
§ ada dalam jumlah yang mencukupi.
Pada penyerbukan biotik, tanaman harus membangun sejumlah interaksi dengan agennya untuk menjamin terjadinya kunjungan yang kontinu, yang berakibat pada terjadinya transfer tepung sari. Sehubungan dengan keharusannya untuk menarik agen pembantu penyerbukan, bunga memproduksi atraktan.
Atraktan pada Tanaman
Atraktan adalah material yang disediakan oleh bunga untuk menjalin interaksi yang kontinu dengan pollinator-nya.
Atraktan primer
Berupa substansi/materi yang disediakan oleh tanaman untuk memperoleh kunjungan yang kontinu dari pollinator-nya. Atraktan primer dapat berupa :
  • Sumber energi (makanan): biasanya dalam bentuk nektar dan pollen
Tiap-tiap jenis pollinator hanya dapat mengambil nektar pada volume dan konsentrasi tertentu
  • Tempat membangun sarang
Contoh : Blastophagus psenes, sejenis tawon dari ordo Hymenoptera membangun sarangnya di dalam buah muda Ficus carica. Ketika akan bertelur, serangga betina memasuki bunga sehingga tepung sari yang menempel di tubuhnya jatuh pada kepala putik.
  • Tempat melakukan perkawinan
Contoh : nangka (Arthocarpus heterophyllus) dan cocoa (Theobroma cacao) merupakan sarang bagi sejenis lalat (ordo Diptera)
Atraktan Sekunder
Adalah efek-efek tertentu yang ditampilkan oleh bunga untuk mengusahakan agar eksistensinya dapat diketahui oleh pollinator-nya. Atraktan sekunder dapat berupa :
§ Warna bunga
Tiap-tiap jenis pollinator hanya dapat menangkap spektrum warna tertentu.
Lebih berperan untuk menarik diurnal pollinator (pollinator yang aktif pada siang hari)
§ Ukuran dan bentuk bunga
Ukuran dan bentuk bunga berhubungan dengan struktur tubuh dan tipe mulut agen penyerbuk.
§ Bau bunga
Lebih berperan untuk menarik nocturnal pollinator (pollinator yang aktif pada malam hari)

Hubungan antara arsitektur bunga dengan jenis pollinatornya

Arsitektur bunga yang meliputi ukuran, kedudukan organ reproduksi, aksesibilitas nektar, dan struktur bunga, semua mempengaruhi interaksi antara tanaman dengan pollinatornya (Ghazoul, 1997; Griffin dan Sedgley, 1989). Karena agen pengunjung menunjukkan variasi yang spesifik dalam hal ukuran tubuh, kemampuan sensorik, perilaku pencarian makan dan sumber energi yang dibutuhkan, maka ada hubungan tertentu yang secara general dapat ditarik antara arsitektur pembungaan dengan tipe pollinatornya (Faegri dan van der Pijl, 1979 dalam Griffin dan Sedgley, 1989).
Konsentrasi dan volume nektar yang dapat diambil oleh tiap jenis pollinator
Jenis pollinator
Volume nektar (ml)
Konsentrasi nektar (%)
Hymenoptera
5-100
20-45
Lepidoptera
50-500
20-40
Diptera
0-20
10-30
Burung
30->1000
5-20
Kelelawar
100->1000
5-20

Tipe pollinator tertentu akan mengunjungi bunga dengan tipe tertentu pula

Jenis pollinator
Bentuk bunga
Organ sexual bunga
Warna
Bau
Atraktan primer
Lebah (Hymenoptera)
Zygomorphic,
semi-tertutup
Tersembunyi
Kuning, biru cerah
Segar, tidak menyengat
Pollen,nektar
Kumbang (Coleoptera)
Dish, bowl
Exposed
Cream, hijau buram, coklat, putih keruh
Kuat, menyengat
Pollen, nektar
Kupu-kupu (Lepidoptera)


Merah, kuning, biru, pink


Moths
(Lepidoptera)
Horizontal, mekar malam hari
Exposed
Putih, pink
Berbau manis dan menyengat
Nektar
Lalat
(Diptera)
Dish, bowl
Exposed
Warna pucat & buram spt Coklat, ungu

Nektar
Kelelawar
Besar, bertangkai kuat, brush
Exposed
Cream, hijau buram, ungu
Menyengat, terutama pada malam hari
Nektar, pollen
Burung
Tabung atau tergantung, mekar siang hari
Exposed
Merah, warna-warna cerah dan menyolok

Nektar

Tipe bowl (mangkuk)

Tipe brush (sikat)

Tipe composite

Tipe funnel

Tipe tube (tabung)

Tipe flag









b. Penyerbukan Buatan

Setiap individu memiliki variasi dalam sifat-sifat :
- kecepatan pertumbuhan
- pembungaan dan kemampuan reproduksi
- resistensi
- kualitas dan bentuk batang, dll
Dalam perkawinan silang antara induk jantan dan induk betina, akan terjadi penggabungan sifat antara keduanya.
Penelitian reproduksi biologi tanaman hutan saat ini telah mencapai tingkatan di mana penyerbukan terkendali dan seleksi sifat-sifat unggul dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas spesies. Perkembangan teknik persilangan yang efektif, karena itu sangat ditentukan oleh pengetahuan mengenai sistem breeding dari spesies dimaksud.
Penyerbukan silang buatan dimaksudkan untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh induk jantan dan induk betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memiliki gabungan dari sifat-sifat baik tersebut.
Alasan lain dilakukannya penyerbukan silang buatan :
- Tanaman berkelamin satu (unisexualis) atau berumah dua (dioecious)
- Tanaman bersifat dikogami atau herkogami
- Serbuk sari steril
- Selfing terus menerus akan mengakibatkan degenerasi
- Adanya mekanisme self incompatible

Teknik penyerbukan silang buatan

1. Persiapan
§ Pengamatan bunga : pembungaan, benang sari, putik
§ Mengumpulkan informasi mengenai : asal usul dan sifat tanaman, waktu penyerbukan yang baik
§ Pemilihan induk jantan dan betina
§ Pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan
2. Isolasi kuncup terpilih
3. Kastrasi/emaskulasi
§ Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup bunga yang akan dijadikan induk betina dalam penyerbukan silang
§ Dimaksudkan untuk menghindarkan penyerbukan sendiri
§ Dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum masak)
(a)
(b)
Contoh emaskulasi pada Eucalyptus pellita : kuncup bunga yang siap diemaskulasi – ciri morfologis warna kuning rata (a), dan kuncup bunga setelah diemaskulasi (b)
4. Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari
Hal-hal yang harus diperhatikan :
§ Serbuk sari tidak dapat disimpan terlalu lama pada kelembaban relatif tinggi
§ Makin tua umur serbuk sari, makin rendah kemampuan kecambahnya untuk membentuk tabung serbuk sari
§ Serbuk sari membutuhkan penyimpanan dengan kelembaban rendah (10-50%) dan suhu rendah (2-8ºC). Biasanya serbuk sari disimpan dalam desiccator yang diisi CaCl2 atau H2SO4 dengan konsentrasi tertentu.
5. Melakukan penyerbukan silang
§ Pada bunga hermafrodit, kastrasi harus dilakukan
§ Pada tanaman yang hanya menghasilkan bunga betina (femineus), putik dapat langsung diserbuki (tanpa kastrasi terlebih dahulu) saat bunga mekar
§ Waktu terbaik untuk melakukan penyerbukan adalah pada saat tanaman berbunga lebat
§ Suhu yang baik untuk melakukan penyerbukan adalah 20-25 ºC
§ Hindarkan kompetisi nutrisi antar putik yang diserbuki (Dalam satu cabang, sebaiknya jumlah putik yang diserbuki tidak terlalu banyak)
§ Kepala putik harus sudah mencapai masa reseptif, dan serbuk sari sudah benar-benar masak

PADI (Oriza sativa).

I. PENDAHULUAN
Padi adalah salah satu tanaman pangan yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Padi merupakan sumber karbohidrat yang tinggi selain jagung dan gandum. Indonesia merupakan salah satu pengkonsumsi beras yang merupakan produk dari tanaman padi ini. Padi merupakan tanaman yang identik dengan hidup secara tergenang oleh air.
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berakar serabut, berbatang pendek, struktur yang serupa dengan batang terdiri dari pelepah daun yang saling menopang. Daun pada tanaman padi merupakan daun yang sempurna dengan pelepah yang tegak, daun ini berbentuk lanset dan berwarna hhijau muda hingga hijau tua, urat daunnya sejajar dan tertutup oleh rambut daun yang pendek serta jarang.
Tanaman padi memiliki buah dengan tipe bulir yang tidak dapat dibedakan mana buah dan mana yang bijinya. Bentuk dari buahnya yaitu bulat lonjong dengan ukuran 3 mm sampai 15 mm yang ditutupi oleh palea dan lemma atau yang kita kenal dengan sekam.












Gambar: Butiran padi

II. KLASIFIKASI
Padi merupakan tanaman serealia yang tergolong suku padi-padian atau poaceae atau sinonim dari graminae. Adapun secara ilmiah klasifikasi dari tanaman padi adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oriza
Spesies : O. sativa
Nama binomialnya yaitu Oriza sativa.


III. SEJARAH
Menurut sejarah budidayanya padi berasal dari daerah di sekitar sungai Gangga dan sungai Brahmaputra dan dari sungai Yangtse yang kemudian barulah tersebar ke seluruh dunia. Tanaman padi memiliki ciri khas yaitu tumbuh dengan keadaan tergenang dengan air, maka para ahli menduga padi merupakan evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Terdapat dua spesies padi yang di budidayakan manusia, Oriza sativa dan Oriza glaberimma.
Oriza sativa berasal dari dari daerah hulu sungai di kaki pegunungan Himalaya di India dan Tibet/Tiongkok sedangkan Oriza glaberimma berasal dari Afrika Barat tepatnya hulu sungai Niger. Sebenarnya terdapat juga jenis padi lain yang tidak di budidayakan oleh manusia yang mana disebut juga dengan padi liar.
Pada awalnya padi jenis Oriza sativa ini terdiri dari dua subspesies yaitu indica dan japonica. Padi japonica memiliki ciri berumur panjang dan memiliki postur tubuh yang tinggi namun mudah rebah dan paleanya memiliki bulu. Bijinya cendrung panjang dan kualitas dari nasinya sedikit melekat atau menempel. Sedangkan pada padi indica, sebaliknya umurnya pendek dan tubuhnya lebih kecil dari padi japonica, paleanya tidak memiliki bulu dan bijinya cendrung berbentuk ovale. Para ahli budidaya atau pemulia tanaman padi mencoba menyilangkan padi tersebut sehingga didapatlah tanaman padi yang cukup terkenal yaitu kultivar IR8 selain itu juga dikenal varietas minor javanica yang hanya ditemukan di Indonesia tepatnya di pulau Jawa.
Selain dua subspesies O.sativa yang utama, indica ddan japonica, terdapat juga subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari asia selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Japonica juga terbagi lagi menjadi tiga subspesies besar yaitu temperate japonica yang berasal dari China, Korea dan Jepang, tropic japonica yang berasal dari Nusantara dan aromatic.


IV. MANFAAT
Padi merupakan tanaman yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang baik di konsumsi manusia. Padi ini merupakan salah satu penghasil karbohidrat tterbesar selain gandum dan jagung. Padi yang dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk beras yang di tanak menjadi nasi. Hal tersebutlah menjadikan padi sebagai tanaman bididaya yang selalu di usahakan kualitas dan kuantitasnya.
Padi meruupakan tanaman semusim yang memiliki ciri hidup di tanah yang tergenang oleh air. Padi juga merupakan salah satu penghasil karbohidrat yang tinggi dan baik dikonsumsi oleh manusia. Padi berasal dari suku poaceae atau graminae dan yang sering dikonsumsi oleh manusia adalah jenis Oriza sativa dan Oriza glaberimma.
Sejarahnya padi pertama kali di budidayakan oleh masyarakat di sekitar daerah hulu sungai Gangga dan Brahmaputra dan lanjut ke sungai Yangtse yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Manfaat darei padi ini yang tinggi membuat padi menjadi tanaman atau komoditi penting untuk di budidayakan.

V. REPRODUKSI PADI
Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95% serbuk sari tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman yang sama. Setiap bunga pada padi memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang bercabang. Umumnya kedua organ ini matang pada waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma nya ketika ia siap untuk melakukan proses reproduksi.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya.
Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di budidayakan. Hasil dari pemulian yang dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang merupakan salah satu ras lokal. Namun, secara sistematis pemuliaan baru-baru ini dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filiphina.

VI. PERSILANGAN PADI
Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan karbohidrat yang tinggi dari padi maka dilakukanlah perbaikan kualitas dan kuantitas dari tanaman padi dengan cara persilangan. Bioteknologi dan rekayasa genetika sangatlah membantu perbaikan kualitas dan kuantitas dari tanaman padi.
Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan pula tanaman padi hibrida. Padi hibrida adalah tanaman padi hasil persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi dari pada tetua tersebut. Walaupun begitu terdapat juga kekuarangan dari budidaya padi hibrida ini yaitu harganya yang relatif mahal serta petani harus membeli bibit yang baru lagi karena padi hasil panen sebelumnya tidak dapat dijadikan bibit.
Hal yang perlu diperhatikan untuk memproduksi benih hibrida yaitu :
a. Galur mandul jantan yaitu varietas padi tanpa serbuk sari yang hidup dan berfungsi yang kemudian dianggap sebagai tetua betina dan menerima serbuk sari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida.
b. Galur pelestari yaitu varietas atau galur yang berfungsi untuk memperbanyak galur mandul jantan.
c. Tetua jantan yaitu varietas padi dengan fungsi reproduksi normal yang dianggap sebagai jantan untuk menyediakan serbuk sari bagi tetua betina di lahan produksi benih yang sama.
Beberapa padi hibrida yang telah diluncurkan yaitu diantaranya Intani I, Intani II, Rokan, Maro, Miki I, Miki II, Miki III, Long Ping Pusaka I, Long Ping Pusaka II, Hibrido R-1, Hibrido R-2, Batang samo, Hipa 3, Hipa 4, PP1, Adirasa, Mapan 4, Manis-5, Bernas super dan bernas prima.

VII. TEKNIK PERSILANGAN PADI
Persilangan pada padi dapat terjadi secara alami maupun buatan. Persilangan padi secara alami dilakukan dengan bantuan angin sedangkan buatan dibantu oleh manusia. Persilangan padi secara buatan biasanya menghasilkan padi yang umur ganjah dan batang pendek anakan produktif banyak dan hasil yang relatif tinggi. Sedangkan pada padi persilangan sendiri hasil yang didapat relatif berumur panjang dan tanamannya tinggi, anakan produktif relatif sedikit serta hasil sedikit.
Menurut Harahap (1982) terdapat banyak cara atau metode untuk menyilangkan padi secara buatan diantaranya :
a. Silang tunggal (single cross)
Persilangan padi yang hanya melibatkan dua tetua saja.
b. Silang puncak (top cross)
Merupakan persilangan antara F1 dan tetua lainnya.
c. Silang ganda (double cross)
Merupakan persilangan antara F1 dan F1 dari persilangan tunggal.
d. Silang balik (backcross)
Merupakan persilangan F1 dengan salah satu tetuanya.

Adapun teknik persilangan pada padi ini yaitu:

a. Kastrasi
Kastrasi yaitu membuang bagian-bagian dari tanaman yang dapat mengganggu proses persilangan. Kastrasi biasanya dilakukan sehari sebelum proses persilangan dilakukan agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan. Hal yang perlu diiperhatikan dalam mengkastrasi yaitu setiap bunga memiliki enam benang sari dan dua kepala putik yang tidak boleh rusak.

b. Emaskulasi
Emaskulasi yaitu mengambil benang sari dari bunga dengan cara menyedot atau mengambilnya dengan pinset kecil. Bunga yang telah bersih dari benang sari itu di tutup dengan glacine bag atau sungkup agar tidak dimasuki oleh benang sari yang tidak dikehendaki. Proses ini sebaiknya dilakukan pada 03.00 sore.

c. Polinasi
Proses ini baiknya dilakukan pada pagi hari. Padi yang telah kita emaskulasi tersebut dibuka sungkupnya kemudian oleskan benag sari yang kita kehendaki ke dalamnya kemudia sungkup kembali.

Hal lain yang mesti diperhatikan juga yaitu memberi label pada sungkup yang kita lakukan persilangan.
Intinya persilangan padi merupakan penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik yang kemudian menjadi embrio dan tumbuh menjadi benih.


KESIMPULAN

Padi merupakan salah satu penyumbang karbohidrat yang tinggi sehingga sejak awal pertama padi dikenal terus dibudidayakan oleh manusia. Untuk meningkatkan produksi serta kualitas produksi padi maka dilakukanlah berbagai cara salah satunya yaitu dengan persilangan.
Persilangan dapat dilakukan dengan alami maupun buatan namun persilangan buatan lebih menghasilkan padi yang lebih berkualitas sesuai dengan yang diharapkan.
Persilangan buatan pada padi tekniknya yaitu dengan kastrasi, emaskulasi dan polinasi. Proses persilangan buatan pada padi ini dilakukan baiknya pada pukul 10.00 pagi karena akan lebih efisien dalam proses persilangannya.



DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Z. 1982. Pedoman Pemuliaan Padi. Lembaga Biologi Nasional. Bogor
http://puslittan.bogor.net diakses Selasa 8 Desember 2009 pukul 09.15.43 am
http://www.litbang.deptan.go.id diakses Selasa 8 Desember 2009 pukul 08.25.15 am
http://wikipedia.com diakses Selasa 8 Desember 2009 pukul 09.20.33 am
http://pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt112069 diakses Selasa 8 Desember 2009 pukul 09.36.04 am.